My fanfiction Home

Rabu, 05 Mei 2010


Pagi saat aku terbangun tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar. Jebi temanku sudah menunggu diluar rumah kakekku dia mengajakku untuk bermain bola.“Ayo kita bermain bola ke lapangan.” ajaknya padaku. “Sekarang?” tanyaku dengan sedikit mengantuk. “Besok! Ya sekarang!” jawabnya dengan kesal.“Sebentar aku cuci muka dulu. Tunggu ya!”, “Iya tapi cepat ya” pintanya.Setelah aku cuci muka, kami pun berangkat ke lapangan yang tidak begitu jauh dari rumah kakekku.“Wah dingin ya.” kataku pada temanku. “Cuma begini aja dingin payah kamu.” jawabnya.Setelah sampai di lapangan ternyata sudah ramai. “Ramai sekali pulang aja males nih kalau ramai.” ajakku padanya. “Ah! Dasarnya kamu aja males ngajak pulang!”, “Kita ikut main saja dengan orang-orang disini.” paksanya. “Males ah! Kamu aja sana aku tunggu disini nanti aku nyusul.” jawabku malas. “Terserah kamu aja deh.” jawabnya sambil berlari kearah orang-orang yang sedang bermain bola.“Rian!” seseorang teriak memanggil namaku. Aku langsung mencari siapa yang memanggilku. Tiba-tiba seorang gadis menghampiriku dengan tersenyum manis. Sepertinya aku mengenalnya. Setelah dia mendekat aku baru ingat. “Dina?” tanya dalam hati penuh keheranan. Dina adalah teman satu SD denganku dulu, kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 tahun lalu. Bukan hanya itu Dina juga pindah ke Bandung ikut orang tuanya yang bekerja disana. “Hai masih ingat aku nggak?” tanyanya padaku. “Dina kan?” tanyaku padanya. “Yupz!” jawabnya sambil tersenyum padaku. Setelah kami ngobrol tentang kabarnya aku pun memanggil jebi. “Jebi! Sini” panggilku pada Jebi yang sedang asyik bermain bola. “Apa lagi?” tanyanya padaku dengan malas. “Ada yang dateng” jawabku. “Siapa?”tanyanya lagi, “Dina!” jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik. “Siapa? Nggak kedengeran!”. “Sini dulu aja pasti kamu seneng!”. Akhirnya Jebi pun datang menghampiri aku dan Dina.Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Dina yang tiba-tiba menyapanya. “Dina?” tanyanya sedikit kaget melihat Dina yang sedikit berubah. “Kenapa kok tumben ke serang? Kangen ya sama aku?” tanya Rian pada Dina. “Ye GR! Dia tu kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Dina yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu. “Bukan aku kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya. “Yah nggak kangen dong sama kita.” tanya jebi sedikit lemas. “Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis.Akhinya Dina mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Dina. Ketika kami sampai di rumah Dina ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun. “Dina, ini siapa?” tanyaku kepadanya. “Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku.” jawabnya. “Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”. “Dasar pikun!” ejek jebi padaku. “Emangnya kamu inget tadi?” tanyaku pada jebi. “Nggak sih!” jawabnya malu. “Ye sama aja!”. “Biarin aja!”. “Udah-udah jangan pada ribut terus.” Bella keluar dari rumah membawa minuman. “Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?” tanyanya pada kami berdua. “Kalau aku jelas mau dong! Kalau jebi tau!” jawabku tanpa pikir panjang. “Ye kalau buat Dina aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek jebi padaku. “Maaf banget , aku nggak bisa aku ada latihan nge-band.” jawabnya kepada Dina. “Oh gitu ya! Ya udah yan nanti kamu kerumahku jam 4 sore ya!” kata Dina padaku. “Ok deh!” jawabku cepat.Saat yang aku tunggu udah dateng, setelah dandan biar bikin Dina terkesan dan pamit keorang tuaku aku langsung berangkat ke rumah nenek Dina. Sampai dirumah Dina aku mengetuk pintu dan mengucap salam, ibu Dina pun keluar dan mempersilahkan aku masuk. “ sini masuk dulu! dinanya baru siap-siap.” kata beliau ramah. “Iya tante!” jawabku sambil masuk kedalam rumah. Ibu Dina, tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah Dina. “Bella ini teman km udah dateng” panggil tante Vivi kepada Dina. “Iya ma bentar lagi” teriak Dina dari kamarnya. Setelah selesai siap-siap Dina keluar dari kamar, aku terpesona melihatnya. “Udah siap ayo berangkat!” ajaknya padaku.Setelah pamit untuk pergi aku dan Dina pun langsung berangkat. Dari tadi pandanganku tak pernah lepas dari Dina. “Sat kenapa? Kok dari tadi ngeliatin aku terus ada yang aneh?” tanyanya kepadaku. “Eh nggak apa-apa kok!” jawabku kaget.Kami pun sampai di tempat tujuan. Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Dina. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Dina, kami pun memtuskan untuk langsung pulang kerumah. Sampai dirumah Dina aku disuruh mampir oleh tante Vivi. “Ayo Sat mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Vivi padaku. “Ya tante.” jawabku pada tante Vivi.Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah aku langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam. “Kemana aja tadi sama Dina?” tanya ibuku padaku. “Dari jalan-jalan!” jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur. Tetapi aku terus memikirkan Dina. Kayanya aku suka deh sama Dina. “Nggak! Nggak boleh aku masih kelas 3 SMP, aku masih harus belajar.” bisikku dalam hati.Satu minggu berlalu, aku masih tetap kepikiran Da terus. Akhirnya sore harinya Dina harus kembali ke Bandung lagi. Aku dan jebi datang kerumah Dina. Akhirnya keluarga Dina siap untuk berangkat. Pada saat itu aku mengatakan kalau aku suka pada Bella.“Dina aku suka kamu! Kamu mau nggak kamu jadi pacarku” kataku gugup.“Maaf Sat aku nggak bisa kita masih kecil!” jawabnya padaku. “Kita lebih baik Sahabatan kaya dulu lagi aja!”Aku memberinya hadiah kenang-kenangan untuknya sebuah kalung. Dan akhirnya Dina dan keluarganya berangkat ke Bandung. Walaupun sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Bella.heheheee :D

Selasa, 04 Mei 2010

ketika kau sendiri

aku tak pernah mendengar kan apa kata kedua orang tua ku
aku selalu menghirau kan nya,ketika mereka menasiati ku hingga akhir nya
kejadian in menim pa kepada ku.


aku tak tau apa yang harus aku laku kan aku haya bisa terdiam
saja tak mampu ber buat apa"
hinga pada suatu hari ada se"orang yang datang
ke rumah ku dan memberi tahu ku bahwa kedu orang tua ku ter kena musibah.
mreka kcelakaan saat mengendarai sebuah mobil van putih.
pada saat itu aku haya bisa terdiam,aku pun bingung,hati ku pun berdebar"
seperti ingin meledak,hinga akhir nya aku pun tak kuat menahan air mata kudan
akhir nya aku pun menangis.


ke esokan hari nya semua keluarga ku berkumpul,disitu aku masih tak percaya
bahwa orang tua ku telah pergi meninggal kan aku tuk selama nya,
ini semua hanya lah mimpi buruk, kata ku dalam hati
aku pun mulay histeri dan mengamuk saat orang" itu mem bawa kedua
jenajah orang tua ku. aku tak kuat melihat y,dan aku pun jatuh
pingsan.


dan pada akhir nya aku sadar, aku tak bisa jalani hidup ku sendiri.
aku menyesal mengapa aku tak pernah mendengar kan kedua orang tua ku.
jika waktu dapat ku putar kembali aku tak ingin melawan kepada kedua orang tua ku.

kini aku harus jalani hidup ku sendiri



Aizzen-mutz

Senin, 03 Mei 2010

Lgika Mati

Ketika cinta belum terbeli oleh hati terkubur bersama rasa yang telah mati
logika kini bukan lagi menjadi putri tapi telah menjadi zeus seprti mitolagi
cnita mu datang tanpa permisi terlalu rumit karna kamu telah ter miliki
tanda tanya apa yg aku rasakan sebenar nya aqu malaikat atu setan yang berada di dalam cerita dua insan
kata D'emasiv aku di antara kalian
kali ini sungguh sulit untuk di jabar kan aku layak nya rangkayan jembatan penyebrangan di tengah-tengah
tak bisa kekiri atu kekanan pilihan hati plih pacar atu teman
mengapa cinta slalu datang tiba-tiba tak peduli saat senang atupun susah
kini kau datang membaua cinta
ingin rasanya aku memiliki mu namu aqu sadar ada laki-laki lain di hatimu aku gerah saat kau katakan
sayang padaku apakah ini nyata atu munan ku
sakit dan cemburu meliaht kau dengan nya tak bisa ber buat namun ku tak berdaya tak mampu ku genggam hanya kan merasa dan meski perih tetap kan kujaga.......